Minggu, 10 Juni 2012

Perumpamaan ragi farisi dan saduki

「。Ada beberapa PRO Yahudi di zaman Yesus Sang Mesias melayani yaitu Farisi, Saduki, Esseni, Zelot serta Herodian. Yesus berkata, "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." Apakah yang dimaksudkan dengan “ragi?” (Yun: ζυμης – Zumes) dan Siapakah orang Farisi dan orang Saduki itu sehingga Yesus memperingatkan sedemikian。?

。Ragi dipergunakan untuk membusukkan makanan atau mengembangkan sebuah adonan untuk dimasak menjadi roti. Ragi selalu menjadi simbol dosa karena sifatnya yang membusukkan seperti dikatakan:

“Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran” (1 Kor 5:8)

。Ragi menjadi simbol pengaruh yang tidak baik karena sifatnya yang dapat mengubah suatu bentuk kepada bentuk yang lain sebagaimana dikatakan:

“Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan” (Gal 5:9)

。Namun demikian dalam salah satu kesempatan dimana Yesus memberikan gambaran mengenai Kerajaan Sorga, Dia menggunakan perumpamaan ragi untuk menjelaskan sifat ragi yang membuat pengaruh yang cepat dan kuat sebagaimana dikatakan:
“Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Tuhan? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya” (Luk 13:20-21)
Dalam konteks petikan ini, “ragi” yang dimaksudkan adalah “ajaran” orang Farisi dan Saduki sebagaimana dikatakan dalam Matius 16:11 sbb:

“Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki”

「。Ada apa dengan ajaran Farisi dan Saduki。」

。Orang Farisi berasal dari kalangan Hasidim pada masa pemerintahan Yohanes Hirkanus. Orang Farisi adalah para ahli tafsir tradisi dari mulut ke mulut yang berasal dari para rabi. Mereka berlatar belakangkan ekonomi menengah seperti tukang dan pedagang. Menurut sejarawan Yahudi bernama Yosephus dalam bukunya Antiquites XII.x.5) kebanyakan orang Yahudi akan meminta nasihat dan pertimbangan untuk sikap~sikap pelik dalam hidup mereka kepada orang-orang Farisi daripada kepada raja ataupun imam besar. Karena kepercayaan masyarakat besar terhadap mereka, maka mereka menempati kedudukan penting dalam masyarakat yaitu sebagai Sanhedrin atau majelis agama[1]. Orang Farisi percaya kepada kebangkitan orang mati. Rasul Paul adalah seorang Yahudi mazhab Farisi sebagaimana dia katakan:

“Dan karena ia tahu, bahwa sebagian dari mereka itu termasuk golongan orang Saduki dan sebagian termasuk golongan orang Farisi, ia berseru dalam Mahkamah Agama itu, katanya: "Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati." Ketika ia berkata demikian, timbullah perpecahan antara orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki dan terbagi-bagilah orang banyak itu” (Kis 23:6-7).

。Orang Saduki merupakan para aristokrat (bangsawan) dan dipengaruhi filsafat-filsafat Yunani yang rasional. Ketika Yahuda Makabe pahlawan Yahudi berhasil mengusir pasukan penjajah Syria yang berkebudayaan Yunani dari tanah Yerusalem, maka keberadaan orang Yahudi yang mengadopsi gagasan Yunani tidak berani terang-terangan muncul ke permukaan. Namun sebagiannya ada yang tetap memelihara tradisi demikian yang kelak disebut dengan orang Saduki. Tidak jelas darimana asal usul Saduki. Mungkin dari kata Tsadiq yang artinya “benar” atau dari nama imam Tsadoq. Orang-orang Saduki menolak tradisi para rabbi yang diturunkan dari mulut ke mulut. Mereka hanya menerima kelima Torah Musa sebagai Firman Tuhan yang tertulis. Pandangan Saduki sejalan dengan pemikir Yunani bernama Epikuros yang mengatakan bahwa jiwa seseorang turut mati saat tubuhnya mati (Yosephus, Antiquites, XIII.ii.4)[2]. Orang Farisi tidak percaya malaikat dan kebangkitan dari antara orang mati sebagaimana dikatakan:

“Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh. Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati. Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia” (Mat 22:23-28)

。Baik orang Farisi dan Saduki paling kerap terlibat percakapan, diskusi dengan Yesus Sang Mesias. Namun demikian Yesus mengecam sikap beragama mereka sebagai munafik sebagaimana dikatakan:

“Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya” (Mat 23:1).

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan” (Mat 23:23).

。Sebenarnya istilah Saduki dan Farisi bukan sebuah istilah yang jahat. Toch Rasul Paul berasal dari mazhab Farisi (Fil 3:5). Nikodemus yang terlibat percakapan dengan Yesus pun seorang Farisi (Yoh 3:1). Bahkan beberapa ajaran Yesus dekat dengan pemikiran orang Farisi. Ada dua tokoh Farisi yang terkemuka yaitu Hillel dan Shamai (30 – 10 SM). Ajaran Yesus ada kemiripan dengan ajaran Hillel dalam beberapa hal tertentu al。。

。Mengritik kebiasaan membayar selasih, adas manis dan jintan (Mat 23:23 sejajar dengan pernyataan Hillel dalam Masrot 4:5-6), menyembuhkan orang pada hari Sabat (Mrk 3:2-4 sejajar dengan Tosefta Shabat 7:14), melayani orang-orang berdosa dan mengajar mereka (Luk 15 sejajar dengan Avot D’rebbe Natan 3:1), memperbolehkan mengangkat barang pada hari Sabat (Yoh 15 sejajar dengan Betsia 26b)[3].


。Kembali kepada istilah “ragi orang Farisi dan Saduki” (της ζυμης των φαρισαιων και σαδδουκαιων – tes zumes toon pharisaioon kai saddoukaioon) bahwa ajaran mereka membawa pengaruh yang tidak baik karena orang Farisi cenderung menggantikan firman Tuhan dengan adat istiadat dan tafsiran para rabinya sebagaimana dikatakan:

“Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan. Tetapi jawab Yesus kepada mereka: Mengapa kamu pun melanggar perintah Tuhan demi adat istiadat nenek moyangmu?” (Mat 15:1-3)

。Sementara itu orang Saduki tidak mempercayai kebangkitan orang mati sehingga Yesus mengecam mereka sebagai orang yang sesat dan tidak mengerti kuasa Tuhan sebagaimana dikatakan:

“Yesus menjawab mereka: Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Tuhan” (Mat 22:29)

。Hari ini kita tidak menjumpai orang Farisi dan Saduki namun berbagai ajaran yang tidak baik berkembang biak dengan leluasa di sekitar kita dan membawa pengaruh yang tidak baik. Pengajaran yang tidak baik tersebut dapat saja di dalam lingkungan Kristen maupun non Kristen。。

。Dalam lingkungan Kristen: Ajaran yang mengatakan bahwa Torah sudah dibatalkan dan tidak berfungsi dalam kehidupan pengikut Mesias, ajaran yang mengatakan bahwa Yesus hanya manusia dan nabi belaka, ajaran yang mengatakan bahwa menjadi orang Kristen harus kaya raya karena kemiskinan adalah tanda dosa dan kutuk dan masih banyak lagi ajaran-ajaran yang menyimpang dari ajaran Yesus Sang Mesias Junjungan Agung kita。。

。Dalam lingkungan non Kristen: Ajaran negatif untuk melakukan kehidupan tanpa kontrol nilai dan norma, ajaran untuk menganggap bahwa sihir dan okultisme adalah ketrampilan yang alamiah, ajaran yang mengatakan jika kita ingin mendapatkan kesuksesan harus menggunakan jasa paranormal dan masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan yang tidak sejalan dengan Firman Tuhan。。

。Oleh karenanya dalam masa perayaan Roti Tidak Beragi ini, marilah kita pakai sebagai momentum untuk mewaspadai berbagai ajaran buruk di sekeliling kita sehingga tidak memberikan dampak negatif terhadap keimanan di dada kita. Karena apa yang kita lihat, dengar, baca akan membawa pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap sikap dan perilaku kita。。

Senin, 14 Mei 2012

St.Agustinus

“Peringatan pada gereja di kampong kiding dengan sederhana ku ucapkan pada teman~teman
faith, truth and life in Christ Jesus ”



(St Agustinus)

"Mengapa Kita Percaya akan Kebangkitan"

Suatu saat, kalau kepada kita ditanyakan: “mengapa anda percaya akan adanya kebangkitan”, rasanya sukar untuk kita jawab. Ini bisa terjadi karena memang kita tidak pernah merenungkannya. Namun, pertanyaan ini penting karena mendesak kita untuk “mencari tahu” mengapa kita mempercayainya.

Sebetulnya, Tuhan mewahyukan kebenaran mengenai “kebangkitan” itu secara bertahap, perlahan. Umpamanya, kita lihat mulai dari Perjanjian Lama.

2 Mak 7:9 :”….Raja Alam Semesta membangkitkan kami untuk kehidupan kekal, karena kami mati demi hukum-hukum-Nya”

2 Mak 7:14 : “Sungguh baiklah berpulang oleh tangan manusia dengan harapan yang dianugerahkan Tuhan sendiri, bahwa kami akan dibangkitkan kembali oleh-Nya”

Kemudian, dalam Perjanjian Baru, kebenaran iman akan adanya kebangkitan badan dipertegas oleh Yesus. Coba kita lihat percakapan mengenai hal ini dalam Perjanjian Baru.

Kaum Farisi dan orang sezaman Yesus percaya akan kebangkitan. Yesus sendiri mengajarkan hal ini dengan tegas. Kepada Saduki IA berkata: “kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci dan maupun kuasa Tuhan” ( Mrk 12:24). Mengapa Yesus percaya akan kebangkitan dan mengajarkan orang untuk percaya akan hal itu? Karena iman akan kebangkitan itu berdasarkan iman bahwa Tuhan “bukanlah Tuhan orang mati, melainkan Tuhan orang hidup” ( Mrk 12:27 ). Jadi, mengapa kita percaya akan adanya kebangkitan? Karena kita percaya bahwa Tuhan kita adalah “Tuhan atas orang hidup, bukan orang mati”. Padahal, Tuhan kita itu, adalah “Tuhan Abraham, Tuhan Ishak, Tuhan Yakob” –nenek moyang bangsa Israel yang sudah mati. Kalau seandainya Tuhan itu Tuhan atas orang hidup, dan IA menyebut diri Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub, maka kita lalu menyimpulkan bahwa sesungguhnya Abraham, Ishak, dan Yakub itu adalah orang hidup (ya, hidup setelah kehidupan ini).


  • Yesus Sungguh Bangkit Dan Para Saksi Kebangkitan


Lebih dari penandasan akan adanya kebangkitan badan, Yesus lalu menghubungkan iman akan kebangkitan itu dengan pribadi-Nya sendiri: “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh 11:25). Ya, Yesus itulah kebangkitan itu. Lalu, pada hari kiamat, Yesus akan membangkitkan orang yang percaya kepada-Nya (Yoh 5:24-25), yang telah makan tubuh-Nya dan darah-Nya (Yoh 6:54). Dan lagi, dalam kehidupan-Nya di dunia ini, Yesus telah memberikan tanda dan jaminan untuk itu. Jaminan itu IA berikan waktu IA membangkitkan beberapa orang mati, dan dengan demikian mengumumkan kebangkitan-Nya sendiri (bdk tanda nabi Yunus – Mat 12:39: seperti Yunus 3 hari dalam perut ikan demikianlah anak manusia 3 hari dalam perut bumi dan tanda kanisah – Mrk 10:34: rombaklah Bait Tuhan ini dan dalam 3 hari Aku akan membangunkannya kembali).

Setelah itu IA sendiri mengalami penderitaan, wafat dan bangkit. Kubur kosong dan penampakan-Nya setelah kebangkitanNya menjadi bukti bahwa IA sungguh sudah bangkit.

Ketika IA bangkit, Maria dari Magdala dan beberapa wanita lain menjadi saksi kebangkitan itu. Lalu Petrus dan kesebelas murid lainnya. Namun pengalaman akan kebangkitan itu tak berakhir di sini. Mereka diutus untuk menjadi saksi dari kebangkitan itu. Mereka mewartakan bahwa mereka telah melihat “Dia yang bangkit”. Banyak orang yang percaya dan menjadi pengikut-Nya.


  • Mengalami Bangkit Bersama Kristus – Dipanggil menjadi Saksi Kebangkitan.


Ketika kita dibaptis, kita menyatukan diri dengan “kematian dan Kebangkitan Yesus” – kita turut mati bersama Dia dan bangkit bersama Dia. Bdk Katekese St Agustinus berikut ini: waktu anda turun ke air, anda seakan masuk ke dalam perut bumi, anda seakan mati. Ya, anda mati bersama Kristus. Dan ketika anda keluar dari air, anda seakan keluar bangkit dari kematian bersama Kristus. Dengan demikian, anda “mengalami” kematian dan kebangkitan itu. Dan kalau memang demikian, sebagaimana Maria dari Magdala, Petrus dan kesebelas murid yang lain, anda dipanggil untuk menjadi saksi kebangkitan.

Ya, kita semua dipanggil untuk menjadi SAKSI KEBANGKITAN, sebagaimana Maria dari Magdala, Petrus dan kesebelas murid Yesus lainnya. Mereka menjadi saksi dengan mewartakan bahwa mereka telah “melihat Tuhan” yang bangkit itu dan membuat orang percaya. Lalu kita? Apa yang mau kita buat sebagai saksi kebangkitan? Bagaimana kita menjadi saksi kebangkitan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, baiklah kita belajar dari St Paulus. Kata St Paulus dalam surat kepada orang Kolose: “kalau kamu dibangkitkan bersama Kristus, carilah perkara yang di atas, dimana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi” ((Kol 3:1-2). Rasanya, Paulus layak mengingatkan kita hal ini karena nampaknya kita hanya memikirkan perkara-perkara dunia ini. Ingat, manusia itu dalam pandangan Kristiani terdiri atas tubuh, jiwa dan roh (BODY, SOUL, SPIRIT).

Body ——- a physical organism.
Soul ——– a psychological organism – afeksi, kehendak, ingatan, pikiran (mind)
Spirit ——- pneuma (Yunani), ruah Iibrani), spiritus (Latin) —- sebagai titik persatuan kita dengan Allah. Kita terarah kepada Dia yang di Atas.

St Paulus melihat bahwa hidup kita lebih terfokus pada elemen body dan soul, dan kurang memperhatikan “spirit” —- dkl: hal-hal yang di atas. Maka ia memberikan kita nasihat itu: “…kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, dimana Kristus ada…pikirkan perkara yang di atas bukan yang dibumi”. Yang hanya memuaskan tubuh dan soul saja tidak termasuk “yang dibangkitkan bersama Kristus”. Padahal, yang membuat kita SAKSI SEJATI kebangkitan adalah kalau kita memperhatikan kehidupan spirit kita. Andaikan hanya dua hal pertama yang kita perhatikan, maka kita disebut ATEIS atau setidaknya ATEIS PRAKTIS. Karena itu, baiklah kita memperhatikan “hal-hal yang di atas” juga dalam kehidupan ini. Kalau hidup kita baik: ke gereja, baca Kitab Suci, berdoa, kita memperlihatkan dimensi roh ini dalam kehidupan kita. Dan mungkin saja karena hal ini kita ditertawakan, diejek atau diolok. Tetapi kita “dalam diam” tetap bertahan dengan komitmen kita. Kita tetap berani hidup sesuai iman kita itu daripada membiarkan diri terhanyut dalam pola hidup lain, pola hidup orang yang tak percaya akan kebangkitan.


  • Saya coba menutup percakapan ini dengan sebuah cerita, semoga membantu.


“Ada seorang pemuda Jepang. Ia adalah seorang ateis. Karena ia seorang ateis, maka ia hidup seenaknya. Ia berkata: hidup ini hanya sekali ini saja dan setelah itu kita mati dan menguap dan bahwa tidak ada apa-apa lagi setelah mati. Maka baiklah saya menikmati hidup ini sebaik-baiknya. Pikiran ini membuat dia hidup dalam adagium Romawi kuno “carpe diem”: nikmati hidup ini! Maka ia pergi melancong kemana-mana, ia menikmati hidup seenaknya. Namun suatu saat ia sakit dan ia sadar bahwa ia akan mati. Dalam ketakutan menghadapi kematian itu, ia lantas berpikir: andaikata keyakinan Kristiani itu benar bahwa ada kebangkitan, ada surga dan ada neraka, maka saya akan bangkit untuk dihukum dalam neraka karena hidup saya yang sembrono. Lalu dalam ketakutan ia berdoa (ini namanya iman kebelet): “Tuhan, semoga keyakinan Kristiani itu salah, semoga memang tak ada kebangkitan”.
Ya, ia berandai-andai: andaikata tak ada kebangkitan, hidupnya yang sembrono itu dibenarkan. Tetapi bila ada, ia amat menyesal bahwa telah hidup secara sembrono. Deo gratia, bahwa kita yakin ada kebangkitan maka hidup kita selalu juga “memikirkan perkara-perkara yang di atas”. Hidup kia tak sembrono lagi………

BEBERAPA BACAAN MENGENAI KEBANGKITAN

Bacaan I: Kis 34-43
10:34 Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Tuhan tidak membedakan orang. 10:35 Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. 10:36 Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang. 10:37 Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes, 10:38 yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Tuhan mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Tuhan menyertai Dia. 10:39 Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat-Nya di tanah Yudea maupun di Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan menggantung Dia pada kayu salib. 10:40 Yesus itu telah dibangkitkan Tuhan pada hari yang ketiga, dan Tuhan berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, 10:41 bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Tuhan, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati. 10:42 Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Tuhan menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. 10:43 Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya.”
Bacaan kedua: Kol 3:1-43:1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Tuhan. 3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. 3:3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Tuhan. 3:4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. 3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.

Bacaan Injil: Yoh 20:1-18


  • 20:1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 20:2 Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” 20:3 Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. 20:4 Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. 20:5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. 20:6 Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, 20:7 sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. 20:8 Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. 20:9 Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. 20:10 Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah. 20:11 Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, 20:12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. 20:13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” 20:14 Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 20:15 Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” 20:16 Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. 20:17 Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Tuhan-Ku dan Tuhan.” 20:18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.


Bacaan lain:


  • Mat 28:1-20


28:1 Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. 28:2 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. 28:3 Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. 28:4 Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. 28:5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: “Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. 28:6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. 28:7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.” 28:8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. 28:9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: “Salam bagimu.” Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. 28:10 Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.” 28:11 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. 28:12 Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu 28:13 dan berkata: “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. 28:14 Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.” 28:15 Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini. 28:16 Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. 28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”